Minggu, 16 Juni 2013

Caucasian woman drinking teaKEHANGATAN keluarga akan lebih terasa saat kebersamaan melewati sore hari ditemani kudapan dan secangkir minuman hangat. Minuman yang menemani biasanya teh hangat, wedang jahe, jus, kopi atau minuman lain. Sambil berbincang bersama suami, istri dan anak, menikmati senja hari menjadi pelepas lelah setelah seharian bekerja.
Kebiasaan tersebut bisa mendekatkan hubungan antar-anggota keluarga. Namun, bagi sebagian masyarakat di kota besar, hal ini sudah jarang dilakukan karena kesibukan masing-masing anggota keluarga. Di bagian belahan bumi lain, ada salah satu negara Asia yang masih menjadikan tradisi minum teh bukan sekadar berkumpul bersama keluarga.
Jepang adalah salah satu negara yang masih memegang tradisi minum teh dan tak sembarangan persiapan yang dilakukan. Bagi mereka, sebagaimana dipapar sejumlah sumber, teh disiapkan secara khusus oleh orang yang mendalami seni upacara minum teh dan dinikmati sekelompok tamu di ruangan khusus untuk minum teh yang disebut chashitsu. Persiapan tak hanya ruangan, tapi juga penataan pernak-pernik penunjang seperti bunga, lukisan, hingga mangkuk.
Teh bukan cuma dituang dengan air panas dan diminum, tapi sebagai seni dalam arti luas. Upacara minum teh mencerminkan kepribadian dan pengetahuan tuan rumah yang mencakup antara lain tujuan hidup, cara berpikir, agama, apresiasi peralatan upacara minum teh dan cara meletakkan benda seni di dalam ruangan upacara minum teh (chashitsu) dan berbagai pengetahuan seni secara umum yang bergantung pada aliran upacara minum teh yang dianut.
Seni upacara minum teh memerlukan pendalaman selama bertahun-tahun dengan penyempurnaan yang berlangsung seumur hidup. Tamu yang diundang secara formal untuk upacara minum teh juga harus mempelajari tata krama, kebiasaan, basa-basi, etiket meminum teh dan menikmati makanan kecil yang dihidangkan.
Sangat Beragam
Lebih dari sekadar tradisi dan kebiasaan, minum teh juga dilakukan oleh masyarakat yang percaya khasiat teh sangat beragam. Seperti kandungan antioksidan dalam teh bermanfaat bagi kesehatan, mulai dari mencegah penyakit hingga membuat awet muda. Juga dapat memperbaiki sel-sel yang rusak, menghaluskan kulit, melangsingkan tubuh, mencegah kanker, mencegah penyakit jantung, mengurangi kolesterol dalam darah, melancarkan sirkulasi darah dapat mengurangi diare. “Kandungan polifenol yang merupakan antioksidan terdapat dalam teh. Gunanya menangkal radikal bebas dan mengurangi lemak jahat seperti kolesterol,” kata pemerhati nutrisi, Rina Purwadi.
Tingkat kepekatan teh untuk anak berbeda dengan kepekatan teh bagi orang dewasa. Pada orang dewasa, konsumsi idealnya 3-4 gelas per hari. Sementara pada balita dan anak, cukup 1-2 gelas per hari. Proses penyeduhan untuk konsumsi balita dan anak cukup 1-2 menit. Teh yang sudah diseduh sebaiknya langsung dihabiskan. Teh yang diseduh berkali-kali sebenarnya sebagian besar antioksidannya sudah habis. Menyeduh teh sebaiknya hanya sekali. Kantung dan ampasnya sebaiknya langsung dibuang. Anak-anak yang sedang berkembang masih membutuhkan lemak seperti kolesterol. Sehingga, teh untuk anak sebaiknya tidak sepekat yang diminum orang tua.
Selain kepekatan teh, memerhatikan asupan gizi pada anak yang sering minum teh juga penting. Misalnya, tidak membiarkan anak mengonsumsi teh dalam wakti berdekatan dengan konsumsi susu. “Teh dapat mengikis kalsium dan nutrisi susu. Sebaiknya diatur kapan minum susu dan minum the,” imbuh Rina Purwadi. renon NIT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar