KEHANGATAN
keluarga akan lebih terasa saat kebersamaan melewati sore hari ditemani
kudapan dan secangkir minuman hangat. Minuman yang menemani biasanya
teh hangat, wedang jahe, jus, kopi atau minuman lain. Sambil berbincang
bersama suami, istri dan anak, menikmati senja hari menjadi pelepas
lelah setelah seharian bekerja.
Kebiasaan tersebut bisa mendekatkan hubungan antar-anggota keluarga.
Namun, bagi sebagian masyarakat di kota besar, hal ini sudah jarang
dilakukan karena kesibukan masing-masing anggota keluarga. Di bagian
belahan bumi lain, ada salah satu negara Asia yang masih menjadikan
tradisi minum teh bukan sekadar berkumpul bersama keluarga.
Jepang adalah salah satu negara yang masih memegang tradisi minum teh
dan tak sembarangan persiapan yang dilakukan. Bagi mereka, sebagaimana
dipapar sejumlah sumber, teh disiapkan secara khusus oleh orang yang
mendalami seni upacara minum teh dan dinikmati sekelompok tamu di
ruangan khusus untuk minum teh yang disebut chashitsu. Persiapan tak hanya ruangan, tapi juga penataan pernak-pernik penunjang seperti bunga, lukisan, hingga mangkuk.
Teh bukan cuma dituang dengan air panas dan diminum, tapi sebagai
seni dalam arti luas. Upacara minum teh mencerminkan kepribadian dan
pengetahuan tuan rumah yang mencakup antara lain tujuan hidup, cara
berpikir, agama, apresiasi peralatan upacara minum teh dan cara
meletakkan benda seni di dalam ruangan upacara minum teh (chashitsu) dan berbagai pengetahuan seni secara umum yang bergantung pada aliran upacara minum teh yang dianut.
Seni upacara minum teh memerlukan pendalaman selama bertahun-tahun
dengan penyempurnaan yang berlangsung seumur hidup. Tamu yang diundang
secara formal untuk upacara minum teh juga harus mempelajari tata krama,
kebiasaan, basa-basi, etiket meminum teh dan menikmati makanan kecil
yang dihidangkan.
Sangat Beragam
Lebih dari sekadar tradisi dan kebiasaan, minum teh juga dilakukan
oleh masyarakat yang percaya khasiat teh sangat beragam. Seperti
kandungan antioksidan dalam teh bermanfaat bagi kesehatan, mulai dari
mencegah penyakit hingga membuat awet muda. Juga dapat memperbaiki
sel-sel yang rusak, menghaluskan kulit, melangsingkan tubuh, mencegah
kanker, mencegah penyakit jantung, mengurangi kolesterol dalam darah,
melancarkan sirkulasi darah dapat mengurangi diare. “Kandungan polifenol
yang merupakan antioksidan terdapat dalam teh. Gunanya menangkal
radikal bebas dan mengurangi lemak jahat seperti kolesterol,” kata
pemerhati nutrisi, Rina Purwadi.
Tingkat kepekatan teh untuk anak berbeda dengan kepekatan teh bagi
orang dewasa. Pada orang dewasa, konsumsi idealnya 3-4 gelas per hari.
Sementara pada balita dan anak, cukup 1-2 gelas per hari. Proses
penyeduhan untuk konsumsi balita dan anak cukup 1-2 menit. Teh yang
sudah diseduh sebaiknya langsung dihabiskan. Teh yang diseduh
berkali-kali sebenarnya sebagian besar antioksidannya sudah habis.
Menyeduh teh sebaiknya hanya sekali. Kantung dan ampasnya sebaiknya
langsung dibuang. Anak-anak yang sedang berkembang masih membutuhkan
lemak seperti kolesterol. Sehingga, teh untuk anak sebaiknya tidak
sepekat yang diminum orang tua.
Selain kepekatan teh, memerhatikan asupan gizi pada anak yang sering
minum teh juga penting. Misalnya, tidak membiarkan anak mengonsumsi teh
dalam wakti berdekatan dengan konsumsi susu. “Teh dapat mengikis kalsium
dan nutrisi susu. Sebaiknya diatur kapan minum susu dan minum the,”
imbuh Rina Purwadi.
NIT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar